Saturday, May 19, 2007

Luangkan Waktu Sejenak…

Tubuh tua itu kini terbaring lemah di pembaringan. tanpa daya dan upaya selain mengharapkan bantuan dari orang lain walau untuk mengambil sesuatu. Sudah masuk pekan keempat lamanya beliau terbaring dari sakitnya. Terlintas dalam ingatanku bagaimana gagah dan kuatnya beliau menjalani kegiatan sehari-hari di pelabuhan, tempat dimana beliau bekerja. Terlintas juga dalam ingatanku tubuh yang dulu begitu kuat untuk mencari penghasilan untuk mencukupi kebutuhan anak dan isterinya. Tubuh yang dulu begitu kuat membimbing anak-anaknya hingga bisa lulus perguruan tinggi.
Namun, ingatanku buyar melihat kenyataan didepan mata dan semuanya seakan tengah berputar 180 derajat. Kini tubuh yang dalam ingatanku begitu kuat dan gagahnya terbaring lemah dan tak berdaya. Kudekatkan diriku kearahnya untuk sekedar menyapa. Terlihat senyum yang khas menyembul di bibirnya. Senyum yang tulus dan penuh kehangatan serta kasih sayang yang tidak pernah berubah sejak dulu. Kucium tangannya yang sudah lama tidak kusentuh, terasa sangat berbeda ketika terakhir kusentuh tangan tersebut. Dulu tangan tersebut begitu kuat dan kekar, sekarang hanya menyisakan tulang yang dibalut kulit. Kuajak beliau berbincang-bincang tentang kami, masa lalu kami dan masa lalu daerah kami. Beliau terlihat sangat antusias menceritakan detil demi detil setiap cerita bahkan tidak jarang beliau tersenyum ketika mengenang cerita kami.
Ketika tiba waktu untuk beliau beristirahat, aku pun mohon pamit kepada beliau untuk pulang. Sebelum pulang, beliau berpesan kepadaku untuk datang lagi dan menemaninya walau hanya untuk berbincang-bincang. Aku pun mengiyakan permintaannya karena kebetulan besok agenda kerjaku tidak padat.
Dalam perjalan pulang, memori saat-saat bersamanya seakan berputar terus-menerus bagai tampilan film. Ucapan beliau yang memintaku untuk menemaninya terus terngianng dalam telingaku seakan-akan dekat rasanya. Rasa bersalah merasuk dalam diriku mengingat sangat sedikit waktu yang kuluangkan baginya. Bisa dihitung berapa lama waktu yang kuluangkan baginya walau hanya sekadar berbincang-bincang. Rasa bersalah kian bertambah ketika mengingat waktuku hanya banyak kuhabiskan buat diriku sendiri, sibuk dengan rutinitas kerja, organisasi dan kemasyarakatan. Namun, bagi seseorang yang sangat berjasa dalam keberadaanku di dunia ini dan yang telah membentukku seperti sekarang ini, hanya sedikit waktu yang ku luangkan.
Teringat ucapan seorang kawan di kantor, bahwa kebahagian yang sejati adalah ketika kita bisa membahagiakan orang lain. Ingat ucapan tersebut dada ini terasa sesak, karena aku merasa belum bisa membahagiakan orang tuaku. Secara materi mungkin aku bisa dikatakan cukup berbuat sesuatu bagi mereka. Namun, kebersamaan bersama mereka yang sangat kurang kurasakan. Stempel egois mungkin layak dialanatkan kepadaku. Lamunanku berhenti sejenak ketika kaca mobilku diketuk seorang wanita tua yang meminta uang kepadaku. Kuperhatikan mungkin usia wanita tersebut sama dengan orang tuaku. Rasa iba, kasihan dan muncul dalam diriku. Rasa kesal muncul bukan kepada wanita tersebut tetapi kepada anak wanita tersebut yang tega menelantarkan orang tuanya.
Sejenak kembali kutersadar bahwa diriku tidak jauh bedanya dengan anak wanita tersebut yang tega menelantarkan orang tuanya. Bedanya kalau diriku tidak banyak meluangkan waktu bagi kedua orang tua. Ucapan seorang kawan kembali terlintas dalam ingatan, ”Mas... rasanya kayak disiksa lho kalau kita jauh dari orang yang kita sayang...”. waktu mendengar itu aku tidak mengerti maksudnya maklum aku belum memiliki pasangan jadi tidak menangkap maksudnya. Sekarang aku sadar, mungkin saat ini orang tuaku merasa tersiksa karena merasa orang yang mereka cintai menjauh darinya. Dalam perjalanan pulang aku berjanji dalam hati, esok, lusa dan hari berikutnya akan kuluangkan waktuku serta selalu dekat dengan mereka. Aku ingin berbagi cerita dengan beliau dan melewatkan hari-hari bersamanya.
(Ya Robb, Ampunilah Dosaku yang telah melupakan keberadaannya... Kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihiku sewaktu aku kecil).

No comments: