Saturday, May 26, 2007

Birrul Walidain

“ Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah – tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (Q.S. Luqman:14)

Saudaraku, Luqman al hakim, seorang hamba Allah yang senantiasa taat kepada-Nya memberikan nasihat yang begitu indah kepada anaknya. Nasihat tersebut Allah abadikan dalam Al Qur’an sebagai renungan, pelajaran dan hikmah bagi manusia. Luqman menasihati anaknya agar senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tuanya, hal ini selaras dengan apa yang diperintahkan oleh Allah kepada anak manusia.
Dalam nasihat tersebut, Luqman menggambarkan bagaimana besarnya perjuangan seorang ibu dalam mempertahankan kandungannya. Dia lukiskan bagaimana lemahnya seorang ibu dalam mengandung buah hatinya. Bahkan dalam beberapa kisah disebutkan ketika seorang ibu melahirkan buah hatinya, sesungguhnya dia tengah bertarung antara hidup dan mati.. Subhanallah demikian besarnya perjuangan seorang ibu dalam mengandung dan melahirkan buah hatinya..
Saudaraku, pernah kah kita sesaat saja merenungkan proses kelahiran kita? Pernahkah kita sesaat saja merenungkan bagaimana perih dan getirnya seorang ibu mengandung, melahirkan dan mengasuh kita? Saudaraku, kalau kita bisa meluangkan sesaat saja dari waktu kita untuk merenungkan hal tersebut, Insya Allah dalam diri kita akan timbul gejolak untuk berbuat baik kepada kedua orang tua kita sebagai ungkapan rasa syukur kita..
Saudaraku, mari kita simak beberapa cara berbuat baik kepada orang tua kita yang berasal dari Al Qur’an dan hadits serta kisah telada lainnya...

1. lembutkan dan rendahkan hati
Dari sinilah bakti kita terhadap orang tua kita mulai. Dengan kelembutan dan kerendahan hati didepan kedua orang tua kita akan terpancar bakti yang lainnya. Tidak mungkin ditutupi, jika hati ini ikhlas, ridha, sayang sepenuhnya, tidak merasa terpaksa ketika melaksanakan perintahnya, tidak marah – marah sendiri ketika membimbing tangan orang tua kita ketika mereka sakit, tidak merasa lelah hati ketika sudah sekian lama harus meladeni beliau yang tergolek di atas tempat tidur.
Allah SWT dengan sangat indahnya menyuruh kita untuk berbakti kepada orang tua kita, sebagaimana firmannya “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan.” (Al Isra:24).
Seorang ulama besar Said bin Musayyib membantu kita menterjemahkan kata merendahkan diri. Kata beliau, “Ini adalah ungkapan sayang dan kerendahan sepenuhnya. Seperti rasa rendahnya rakyat di hadapan penguasa dan rendahnya budak kepada majikannya.”. lebih terperinci lagi Hasan bin Ali menjawab pertanyaan tentang durhaka kepada orang tua, “ Pelit kepada keduanya, mengabaikannya dan memandang keduanya dengan pandangan tajam.”
Hati ini harus lembut dan lebih diperlembut lagi dihadapan kedua orang tua. Tidak boleh ada sumpah serapah walau hanya dalam hati.

2. Ucapan yang baik
Saudaraku, Al Qur’an mengingatkan kita tentang masalah ini, “Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali kali janganlah klamu mengatakan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan mulia.” (Al Isra:23)
Kala masa tua tiba, mereka hanya menitipkan sedikit sisa usianya pada kita. Agar kita merawat keduanya sebentar saja, mengantar hingga liang lahat yang boleh jadi sudah dekat dipelupuk mata. Kata kata kita harus benar benar pilihan.
Kata “ah” boleh jadi sangatlah sederhana jika diucapkan untuk orang lain. Tapi tidak jika diucapkan untuk orang tua kita. Karena hakekatnya bukan pada dua huruf tersebut yang nampak tidak bermakna itu, tetapi ungkapan hati dibaliknya, rasa sakit hati dan kecewa dari orang tua adalah sebab murka Allah SWT.
Hasan bin Ali kembali mengajarkan pada kita bagaimana berkata baik itu. “ Panggillah mereka dengan panggilan ayah, bunda dan jangan memanggil dengan namanya.” Katanya.
Dalam musnad ibu Mardawaih diriwayatkan seseorang datang pada Rasulullah berrsama bapak tua. Rasul bertanya,”Siapa yang bersamamu ini?” dia menjawab, “Ayahku.” Rasul kemudian mengajarkan adab, “jangan berjalan di depannya, jangan duduk sebelumnya, jangan memanggil namanya dan jangan mencelanya.”

3. Ringankan beban keduanya
Saudaraku, Ayah dan ibu kita tidak pernah mengharapkan balas budi dari anak anaknya. Ketulusan dan keikhlasan senantiasa terpancar dari raut muka mereka, tetapi adalah tugas kita untuk meringankan segala beban kedua orang tua kita.
Dalam sebuah riwayat yang ditulis Ibnu Katsir, bahwasannya dipelataran kabah terdapat seorang pemuda yang sedang thawaf dengan menggendong ibunya. Selesai putaran thawaf, orang itu menemui Rasulullah sambil bertanya, “Ya Rasulullah apakah berarti aku telah memberikan hak ibuku?” Rasul menjawab seketika itu, “ tidak, bahkan seujung kuku pun tidak.”
Tidak seujung kuku? Sungguh, kalau pun seluruh kemampuan kita berikan untuk orang tua, tidak terbalas setetes air susu ibu. Sungguh, kalaupun siang malam kita haturkan hidup kita untuk keduanya tidak bisa membeli setitik keringat ayah.

4. Ketika keduanya telah tiada
Saudaraku, mungkin diantara kita, menjelang hari mendekati hilal syawal tiba, sudah tidak ada lagi tangan orang tua yang bisa kita cium dan rangkul. Meski hanya tinggal sejuta kenangan, namun bakti pada keduanya tidak boleh putus. Seluruh kekehidupan dunia terputus dengan kematian. Tetapi tidak untuk hubungan anak dan orang tua. Kita adalah harapan orang tua di kegelapan kubur dan kesendiriannya.
Malik bin Rabia’ah bercerita, “ketika saya sedang duduk I samping Nabi, seseorang dari Anshor datang dan berkata, “ Ya Rasulullah apakah masih tersisa tugas dan bakti pada orang tua yang telah tiada?” Rasul menjawab, “ Ya, ada empat hal yang harus kamu lakukan. Mensholati ketika beliau meninggal, memohonkan ampun bagi keduanya, melaksanakan janjinya, menghormati teman teman beliau serta silahturahim pada kerabat keduanya.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Kita patut memohonkan ampun untuk meringankan beban mereka dia alam kuburnya. Selepas sholat, semestinya ada selipan permohonan agar Allah meringankan beban dosa keduanya. Agar mereka beristirahat dengan tenang. Kita mesti menunaikan janji dan keinginan mereka yang belum terkabul. Pernah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “ Ya Rasulullah, sebelum ibuku meninggal beliau memberiku isyarat, kalau saja beliau bisa bicara, pasti beliau ingin memerintahkan aku atas nama beliau. Apakah aku bersedekah atas nama beliau?” “ya”, jawab Nabi.
Janganlah pula melupakan silahturahim dengan kerabat ayah ibu. Agar tidak terputus hubungan kekelurgaan sepeninggal beliau. Demikianla, kita selayaknya tidak pernah berhenti berbakti, walau mereka telah lebih dahulu berpulang.
5. Doa’kan Mereka
Saudaraku, anak sholeh yang mendo’akan. Itulah asset orang tua yang diharapkan bisa dipetik ketika mereka berdua telah tiada. Do’a kita untuk orang tua selayaknya mengalir jernih dan tidak boleh terputus. Dengan kesadaran hati dan ketulusan.
Al Qur’an menguntaikan do’a agar terus kita baca, “ Dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku, Kasihilah mereka berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (Al Isra : 24). Nabi Nuh pun mengajarkan sebuah do’a kepada kita, “ Ya Tuhanku, ampunilah aku, ibu – bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang beriman laki laki atau perempuan (Nuh :28)

(Wallahu a’lam)

No comments: